Jakarta – Ingin menyesap teh China sambil menikmati dim sum? Datang saja ke sini untuk mencicip teh phu erh dengan pelengkap siomay dan lumpia renyah.
Pantjoran Tea House yang berlokasi di Glodok baru berdiri sekitar satu tahun. Tapi keberadaannya sudah jadi perbincangan karena mengusung konsep kedai teh di tengah Pecinan. Apalagi budaya minum teh di kawasan Pecinan sudah sangat kuat sejak dulu.
Meski cukup baru, bangunan untuk restoran merupakan salah satu landmark di wilayah tersebut yang sudah ada sejak tahun 1635. Tahun 1928, bangunannya sempat menjadi toko obat “Apotheek Chung Hwa” yang disebut tertua kedua di Jakarta.
Mengenai sejarahnya, bangunan direvitalisasi pada tahun 2015 oleh arsitek Ahmad Djuhara. Kemudian gedung difungsikan jadi Pantjoran Tea House. Kehadirannya ikut mendukung upaya pemerintah membuat kawasan Kota Tua Jakarta sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO.
 Suasana di dalam Pantjoran Tea House
|
Ketika tiba di sana, terdapat keunikan yang kami temui pada bagian depan kedai teh itu. Ada sebuah meja panjang yang ditaruh 8 teko. Tertulis “Tradisi Patekoan (8 Teko) Silahkan Minum! Teh untuk kebersamaan. Teh untuk masyarakat.”
Masyarakat bisa mengambil secara cuma-cuma teh yang ada dalam teko mulai pukul 10.00-18.00. Tersedia juga gelas untuk menikmatinya.
Menurut staf Pantjoran Tea House, adanya teko itu mengikuti tradisi Kapiten Gan Djie yang sudah jadi cerita turun menurun di Glodok. Dulunya ia dan istrinya selalu meletakkan delapan teko teh untuk pedagang keliling dan orang yang kelelahan di areanya.
Memasuki bangunan dua lantai itu akan ditemui nuansa khas peranakan. Pemakaian lantai tegel ikut memberi atmosfer vintage. Beberapa furnitur kayu dan pajangan dengan sentuhan klasik menghiasi ruangan. Ada juga banyak informasi mengenai sejarah hingga jenis teh di dinding restoran.
Mengenai menunya, tentu didominasi teh dan makanan khas China. Untuk teh, ada pilihan teh panas atau dingin. Kategorinya ada Chinese Tea, Japanese Tea, English Tea dan Indonesia Premium. Termasuk Jasmine, Oolong, Phu Earl, Smoky Green Tea, Chrysanthemum, Tie Kwan In, Sencha, Genmaicha, Earl Grey, English Breakfast dan Orange Pekoe.
Kami pun tak melewatkan Chinese tea saat di sana. Berupa Phu Earl (Rp 30.000) panas dan Tie Kwan In (Rp 25.000).
Teh phu earl punya warna merah kecokelatan. Teh hitam ini diseduh dengan suhu 100 derajat Celcius.
 Phu Earl dengan aroma earthy disajikan hangat
|
Aroma earthy mencuat ketika teh tersaji di depan kami. Rasanya sendiri tidak pahit dan ringan. Sedikit mengingatkan akan aroma kayu di tiap sesapan. Untuk teh panas di Pantjoran Tea House, bisa isi ulang.
Sementara Tie Kwan In menurut staf merupakan jenis teh merah. Warnanya sendiri kuning kehijauan mirip teh hijau. Aromanya juga serupa teh hijau.
Teh diseduh dengan air panas 90 derajat Celcius. Kemudian teh disaring baru diberi es. Ini kabarnya membuat warna teh jadi agak berubah. Begitu pula rasa yang lebih tajam ketika panas.
 Tie Kwan In yang disajikan dingin yang warnanya mirip teh hijau
|
Rasanya cenderung pahit dan pekat. Seperti ada semburat rasa bunga ringan di akhir sesapan. Karena dibuat dingin, teh jadi begitu menyegarkan.
Sebagai pelengkap minum teh kami memesan camilan ringan. Sebenarnya ada beragam olahan seafood, daging, sup, sayuran maupun mie. Seperti Udang Saus Hongkong, Sup Perut Ikan, Gurame Saus Telur Asin, dan Kwetiaw Siram Seafood.
Kami memesan Siomay Kepiting (Rp 28.000), Lumpia Bola Isi Sayuran (Rp 25.000) dan Tahu Lada Garam (Rp 25.000). Pilihan lainnya ada pao atau hakao.
Siomay kepiting merupakan menu baru di sini. Dalam klakat bambu ada tiga potong siomay yang hangat. Rasanya gurih cenderung manis dengan tekstur empuk.
 Siomay Kepiting
|
Dalam siomay ada irisan jamur shitake dan crabstick yang menambah citarasa siomay. Kami seperti mencecap tekstur renyah udang dalam siomay, tapi kurang menemukan rasa kepiting. Siomay bisa dinikmati bersama saus encer yang agak pedas.
 Lumpia Bola Isi Sayuran
|
Lumpia Bola Isi Sayuran juga cocok bagi selera kami. Kulit lumpia bertekstur renyah namun agak sedikit berminyak. Isiannya Ada wortel dan bengkuang yang membuat rasanya agak manis. Lumpia ini disajikan bersama saus bercitarasa asam manis.
Terakhir kami mencoba Tahu Lada Garam. Tahu diberi balutan tepung. Permukaannya bertabur cincangan cabai merah, daun bawang dan bawang putih goreng.
 Tahu Lada Garam
|
Tahu yang lembut berpadu dengan adonan tepung renyah. Rasanya gurih dengan aroma bubuk khas China. Cabai dan bawang putih menambah kenikmatan sajian.
Nah, belum ada tujuan berakhir pekan? Jika ada di kawasan Pecinan bisa mampir ke Pantjoran Tea House. Nikmati ragam teh sambil mencicip makanan di sini.
Pantjoran Tea House
Jl. Pancoran Raya No. 4-6
Glodok
(Seberang Plaza Glodok)
Jakarta Barat
Telp: 021-6905904